Rabu, 14 September 2011

Tahu Saat Berhenti (4)

Diakhir bagian dari tulisan yang sudah ada sebelumnya. Sebenarnya, saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya beberapa bulan terakhir.

Saya pernah bekerja di salah satu perusahaan swasta, hampir 9 tahun lamanya. Karir saya sempat menanjak pada tiga tahun pertama. Tapi setelah itu karir seakan berhenti total.
3 tahun, 4 tahun, 5 tahun, 6 tahun sesudahnya saya alami tanpa peningkatan karir. Kebetulan setelah 3 tahun pertama saya menikah dan memiliki anak. Sehingga memang agak berat untuk ibu bekerja seperti saya mengatur rumah dan kantor setiap harinya tanpa dukungan dari siapapun.
Tapi saya berpikir, karir saya tidak boleh berhenti. Karena konsep saya berkeluarga adalah keseimbangan antara kantor dan rumah. Tapi menuju ke keseimbangan bukanlah suatu pekerjaan yang ringan.
Setelah saya memutuskan menjadi single parent, saya malah makin percaya diri. Tahapan ini juga bukan hal yang mudah untuk dilalui. Tetapi dukungan yang saya dapat dari teman,sahabat dan keluarga sangat membantu saya memulai hidup baru saya.

Setelah memasuki tahun ke 7, saya mulai bertanya pada diri sendiri, apa saya memang harus stuck di karir yang sekarang, atau memang dari atasan tidak ada keinginan untuk mengangkat saya di jenjang karir saya.
Di kantor saat itu ada perubahan besar...organisasi mulai diarahkan pada hal-hal yang sifatnya 'dipaksakan'. Ada semacam politik kantor yang terlihat tapi tidak terlihat.Tidak terkecuali pemimpin organisasi yang entah darimana munculnya, tiba-tiba saja menjadi pimpinan di organisasi kami. Situasi menjadi 'kondusif' yang dipaksakan...ada hal yang janggal disana.

Saat itu saya sudah merasa, mungkin ini saatnya saya berhenti dari tempat kerja saya. Tidak mudah mencari pekerjaan yang sesuai ketrampilan dan pengalaman yang saya punya. Dan akhirnya 2 tahun berlalu dan kini sudah mencapai tahun ke 9...
Oooo....Hampir 9 tahun saya mengabdi, tapi tetap tidak ada ketulusan dihati pemimpin organisasi kami. Entah karena dia telah lama berada diatas, sehingga enggan turun...atau malah sebaliknya...ingin melanggengkan kekuasaannya.
Hampir tiap malam, menjelang tahun ke 8 - 9 saya lalui dengan menangis. Tidak hanya airmata, tetapi juga sholat malam yang disertai airmata hampir selalu mendera saya.
Tak hentinya saya memohon pada Allah SWT, agar mendapatkan rizki di tempat lain yang masih sehat dan tidak sarat muatan politik.

Allah SWT Maha Mendengar doa hambanya, ternyata telah disiapkan tempat untuk saya, di waktu dan tempat yang tepat, jauh lebih baik daripada tempat terdahulu. Dengan rizki dan rahmatNya saya saat ini masih bekerja dan bisa menghasilkan uang untuk keluarga.
Alhamdulillah, pikir saya...inilah saatnya untuk berhenti.
Bukan berhenti untuk mundur. Tetapi berhenti dari tempat sekarang, untuk menerima dan mendapatkan tantangan yang lebih baik dalam kehidupan.

Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan, rahmat dan kasihNya pada kita semua.
Amin.

Tidak ada komentar: