Rabu, 14 September 2011

Tahu Saat Berhenti (3)

Sadari dan Tentukan “Deadline”

Banyak sekali pasien-pasien penyakit kronis merasa sisa hidupnya menjadi begitu bermakna setelah mereka mendapatkan vonis dokter mengenai sisa hidup mereka. Mereka yang tahu kapan saatnya harus berakhir malahan merasa diri lebih beruntung dibandingkan mereka yang tidak tahu kapan akhir akan menjumpainya. Dengan pemahaman adanya “deadline”, mereka terpacu membuat perencanaan secara menyeluruh sehingga yang ditinggalkan tidak mengalami masa gamang, di samping mereka sendiri juga jadi lebih menghargai setiap detik yang tersisa. Kakek salah seorang teman saya malah sampai memilih sendiri peti matinya, mendesign obituarinya dan membuat proses kematiannya menjadi sesuatu yang berjalan sangat indah dan natural.

Sebagai pemimpin dalam organisasi di mana pun juga, bilamana kita menyadari dan sudah menentukan kapan kita akan lengser dari posisi kita, tentunya kita akan mempersiapkan sebaik-baiknya penerus yang akan menggantikan posisi kita di dalam organisasi serta memastikan bahwa keseluruhan fungsi organisasi akan tetap dapat berjalan sebagaimana mestinya sepeninggalan kita. Kesadaran ini mendorong kita untuk lebih keras mencari dan melatih talent-talent terbaik, sehingga mereka siap melanjutkan “perjuangan” kita, terutama mempersiapkan mental dan karakter agar mampu menghadapi beragam situasi yang tidak terduga, mengingat tidak ada orang yang yang dapat memperkirakan tantangan apa yang akan dihadapi di masa depan, namun sudah pasti tantangannya tidak akan sama dengan yang telah kita alami.

Kita memang perlu mulai meningkatkan kontrol diri dan meluangkan waktu untuk memikirkan hal-hal apa saja yang akan kita lakukan secara berbeda bilamana kita harus meninggalkan posisi kita ini dalam kurun waktu tertentu. Apa kebiasaan lama yang basi, tidak konstruktif dan perlu kita hentikan sebelum kebiasaan itu menjadi bumerang bagi kita dan orang lain? Situasi nyaman, jabatan, ketenaran, keberhasilan, memang sangat bisa membuat kita terlena. Hanya individu yang siap keluar dari comfort zone yang akan mampu merasakan nikmatnya pembaharuan yang merangsang adrenalin dan perubahan yang memacu kematangan pribadi dan membawa kebaikan untuk diri dan orang lain.

(Dimuat di KOMPAS, 11 Juni 2011)

Tidak ada komentar: