Kamis, 22 September 2011

Perlunya bisa mengerjakan pekerjaan praktis

Heeh...judulnya berat bener sii..
Bukan maksudnya begini...bulan Ramadhan sudah berlalu, dan kini masuk ke bulan Syawal.
Di tiap rumah tangga, segala kerepotan pekerjaan telah menunggu...dan biasanya...si mbok/si bibi/si mbak yang membantu pekerjaan kita masih di kampung. Mungkin balik lagi, mungkin nggak..

Saya pribadi dah beberapa tahun terakhir menggunakan jasa si mbak, dan fine-fine aja karena si mbak janji akan balik lagi. Tapi...mulai tahun ini si mbak mengakhiri masa lajangnya dengan tragis...Jadi sangatlah sulit diharapkan  kembali lagi membantu kami dalam menjalani kehidupan.
Pada saat itu, sebenernya nggak apa kalau si mbak gak datang lagi. Toh mungkin bisa dapet orang baru yang lebih baik. Menunggu si mbak baru datang ini yang prediksinya sulit dikontrol.

Sebelumnya kita sudah nyaman dengan keadaan sebelumnya, saat si mbak masih ada...jadi pas nggak ada jadi bingung dee...dan ini pasti masalah klasik yang terjadi di hampir setiap rumah tangga, setiap tahunnya.
Nggak tahu gimana ujungnya...yang pasti tiba-tiba cucian numpuk, piring banyak yang kotor, eh tamu dateng terus-terusan, rumah jadi kotor dst....

Jika saat itu tiba, saya pribadi melihatnya sebagai latihan buat diri masing-masing. Bahwa disitulah letak keindahan dan seninya, ketika si mbak/si bibi/si mbok pulang mudik dan gak balik lagi. Bisakah kita mengurus rumah kita sendiri ? Bisakah tanpa mereka hidup kita tetap enjoy ? Toh sebelumnya mereka juga gak ada kan ?

Untuk urusan ini,orang tua yang baik seharusnya memberikan pengetahuan tentang pengetahuan praktis tentang pekerjaan rumah. Misalnya pembagian tugas pekerjaan rumah, misal si A menyapu dalam rumah, si B mengepel, si C menyapu luar rumah, si D membantu Ibu memasak...dst..
Wajiblah hukumnya orang tua mengajarkan kepada anak tentang pemeliharaan rumah melalui kegiatan bersih-bersih ini. Bukan untuk menyiksa anak. Tetapi mengajarkan kemandirian, tujuannya agar setelah mereka dewasa dan menikah, mereka tak lagi canggung dengan pekerjaan rumah. Tak lagi kebakaran jenggot kalau si mbak gak ada, tak lagi mengeluh karena rumah kotor, dan hal ini mengajarkan juga saling menghargai diantara penghuni rumah. Toh jika anak telah dewasa, punya pekerjaan dan gaji yang cukup mereka tetap bisa menyewa si mbak lagi, dan mereka bisa menjadi supervisi pekerjaan si mbak bener atau nggak.

Kalaupun si mbak gak bisa disewa lagi karena sesuatu hal atau gaji anak tak cukup untuk menyewa si mbak, kita orang tua bisa tersenyum bangga, karena anak kita bisa jadi pahlawan di keluarga dan juga di kantor karena bisa mengatasi pekerjaan rumah yang ruwet.

Sudahkah kita para orang tua mengajarkan pengetahuan praktis ini ? Jawabannya ada di diri kita masing-masing.

Tidak ada komentar: