Blog ini khusus ditujukan untuk tulisan-tulisan dari Nining. Tulisan ini dalam blog ini ada yang belum pernah dipublikasikan dimanapun, tetapi ada juga yang sudah pernah. Anda dapat melihatnya dalam sumber yang dituliskan. Jenis tulisannya bermacam-macam nih. Tergantung category sang Penulis.
Kamis, 29 September 2011
Tanda Tanya (part 1)
Ada apa sebenernya...
Dicoba kembali untuk telpon sejak jam 8 pagi, jam 12 siang, jam 3 sore, jam 7 malam..masih tidak ada tanggapan. Padahal kemarin sampe jam 11 malam dia masih sms.
Aneh juga...gak biasanya seperti ini.
Semoga dia gak apa-apa
Semoga Allah SWT selalu melindungi dirinya. Amin
Senin, 26 September 2011
9 Pertanyaan Tersulit Saat Wawancara Kerja
Bagi pewawancara, pertanyaan yang diberikan haruslah kreatif dan menjawab apa yang dicari dari sebuah jabatan. "Pertanyaan tak hanya digunakan untuk menentukan kemampuan berpikir dan menjawab seseorang secara langsung, namun juga melihat kreativitas dan kemampuan menyelesaikan masalah," ujar Dale Austin, direktur pelayanan karir di Hope College, Michigan kepada situs Forbes.
Beda dengan apa yang dikatakan oleh headhunter (pencari kandidat kerja) veteran, Chuck Pappalardo. Ia menjelaskan bahwa pertanyaan yang diajukan tergantung pada kepentingan dari perusahaan itu sendiri. "Kebanyakan pertanyaan bertujuan mengukur apakah seseorang bisa bekerja di tempat mereka, dan memiliki latar belakang yang tepat sebagai pegawai yang baik, ujarnya menambahkan.
Berikut 9 pertanyaan sulit yang dilontarkan para perekrut dan jawaban yang sebaiknya Anda berikan untuk memberikan impresi terbaik di matanya.
1. Aktivitas selama menganggur?
Saat berhenti bekerja dari tempat yang lama, mungkin Anda belum mendapatkan pekerjaan yang baru. Sebaiknya Anda memang memiliki aktivitas untuk mengisi kekosongan tersebut. Jawablah dengan daftar kegiatan Anda yang positif, karena pewawancara akan memaklumi bahwa mencari pekerjaan tidaklah mudah dan menghargai usaha Anda untuk tetap sibuk selama menganggur.
2. Masalah terakhir yang Anda selesaikan?
Pertanyaan kreatif ini bertujuan mengenali kemampuan Anda dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah masalah. Dengan mengingat masalah apa yang Anda temui di pekerjaan sebelumnya, dan bagaimana cara menyelesaikannya, pewawancara bisa membayangkan seperti apa karakter profesional Anda.
3. Kekurangan/kelemahan diri Anda?
"Orang yang tidak bisa menjawab pertanyaan ini justru terlihat aneh dan mengkhawatirkan," ujar Jim Link, direktur manajer perusahaan sumber daya Randstad. Tidak ada yang salah dengan menyebutkan kelemahan diri, namun buatlah kelemahan tersebut sebagai sesuatu yang positif.
4. Risiko terbesar yang pernah Anda ambil?
"Beberapa posisi membutuhkan kemampuan untuk bangkit kembali dengan cepat saat mengalami kegagalan," ujar Dale Austin. Hal ini penting bagi pewawancara untuk melihat seberapa beranikah diri Anda untuk menempuh sebuah jalan yang baru untuk sukses atau mengatasi kegagalan.
5. Kritik seperti apa yang pernah didapat dan apa yang dilakukan menghadapinya?
Biasanya, pewawancara akan menanyakan hal ini dengan meminta Anda untuk bercerita. Pertanyaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kritik yang pernah menempel pada diri Anda dan upaya apa saja yang telah dilakukan untuk memperbaikinya.
6. Bagaimana menghadapi tim kerja yang tidak sejalan dengan Anda?
Lynne Sarikas, direktur pengembangan karir di Universitas Bisnis Northeastern, menjelaskan bahwa pertanyaan ini harus dijawab dengan seberapa fleksibel karakter Anda menghadapi tim kerja yang tidak sejalan. Saat pewawancara memahami apa yang terjadi dengan tim kerja sebelumnya, ia juga akan membayangkan pengalaman seperti apa yang telah Anda dapat dari 'ketidakcocokan ide' tersebut.
7. Perubahan apa yang ingin Anda lakukan dari pekerjaan terakhir?
Jangan sampai terjebak dengan pertanyaan ini. Membicarakan tentang kejelekan sistem kantor, rekan kerja, atasan dari kantor sebelumnya sangat tidak dianjurkan. Cukup fokus kepada perubahan diri sendiri dan performa kerja yang ingin dicapai lebih baik. Banyak pelamar yang terjebak menjadi 'curhat' tentang perusahaan sebelumnya dan justru malah mencoreng nama baik mereka sendiri.
8. Ceritakan tentang diri Anda
Terdengar simpel, namun tidak demikian. Kebanyakan orang akan mengulang apa yang telah dituliskan di C.V dan bukan itu yang ingin didengar pewawancara. Jana Fallon, ahli rekrut pegawai mengatakan, "jawab dengan singkat sekitar satu sampai dua menit. Ceritakan tentang pendidikan, pengalaman kerja dan fokus di aktivitas pekerjaan terakhir. Tetap di jalur profesional, jangan sampai melewatkan poin-poin plus diri Anda.”
9. Kenapa kami harus merekrut Anda?
Pertanyaan yang paling sering diajukan, namun paling tidak siap dijawab oleh tiap pelamar. Pelajarilah posisi yang Anda lamar, dan apa kelebihan diri Anda yang bisa ditawarkan. Perekrut juga ingin tahu keahlian dan pengetahuan yang Anda miliki terkait dengan posisi yang ditawarkan. Jawaban yang berhubungan dengan pengalaman dari posisi terakhir Anda bisa menjadi referensi yang menarik.
Sumber : wolipop.com, September 2011
Anda Harus Cari Pekerjaan Baru Karena 6 Hal Ini
Di masa penuh ketidakpastian seperti sekarang ini, konsep tersebut sudah banyak ditinggalkan. Banyak orang berpindah-pindah kerja maupun bidang keahliannya guna mencari keamanan finansial. Disarankan pula selama bekerja dalam sebuah perusahaan, ia sudah mulai membangun usaha sendiri agar tetap bisa bekerja dan tidak mengandalkan dana pensiun saja di hari tua nanti.
Selama mencari pekerjaan yang membuat diri nyaman, entah itu faktor finansial maupun lingkungan kerja, seseorang pasti membutuhkan alasan kuat mengapa ia harus meninggalkan posisinya sekarang dan keluar dari zona aman. Dilansir oleh Helium dan berbagai sumber, berikut beberapa alasan kuat yang membuat seseorang mempertimbangkan untuk mencari pekerjaan baru.
1. Uang
Ini adalah alasan utama seseorang mencari pekerjaan baru. Hampir setiap orang merasa gajinya kurang dan pantas untuk dibayar lebih. Dalam dunia penjualan, pasti tidak ada yang pernah puas, mengingat pekerjaannya selalu dikejar target. Jangan pernah mengungkapkan hal ini saat diwawancara di tempat baru karena hanya akan membuat Anda terlihat seperti 'mata duitan'. Katakanlah secara halus dengan menyebutkan bahwa sudah saatnya Anda perlu 'diberikan tanggung jawab lebih'.
2. Promosi Jabatan
Setelah bertahun-tahun mengabdi, memberikan prestasi yang gemilang, jam lembur yang tak pernah dibayar, hingga usaha lebih membantu rekan kerja, ternyata semua itu tidak ada artinya di mata para atasan. Ya, rasanya memang tidak adil, dan daripada termakan rasa benci dan penyesalan, jalan terbaik adalah mencari tempat kerja baru yang bisa mengapresiasi talenta dan dedikasi Anda. Hal ini juga pantang diungkapkan saat wawancara kerja di tempat baru, cukup katakan bahwa Anda belum mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan diri di tempat yang lama.
3. Relokasi
Anda harus dipindahkan ke daerah untuk sebuah posisi baru atau memonitor kantor cabang. Ternyata hal ini bertentangan dengan hati nurani, mulai dari tidak kuat jauh dari pasangan, orangtua maupun para sahabat. Meninggalkan pekerjaaan karena masalah geografis bisa menjadi hal yang sulit. Sebelum memutuskan untuk berhenti bekerja, pastikanlah hal ini memang krusial sifatnya dalam hidup Anda.
4. Politik Kantor
Memiliki rekan kerja yang menyenangkan, bisa menambah daftar teman dalam hidup Anda. Meskipun tidak lagi bekerja bersama, Anda pasti bisa terus berkomunikasi. Namun beda halnya dengan orang yang selalu bertindak tidak pantas kepada Anda atau rekan kerja yang menyebalkan. Menjalani hari-hari kerja dengan kehadiran dirinya membuat tingkat stress makin tinggi dan rasa tidak nyaman yang luar biasa. Sebelum mempertimbangkan hal ini, introspeksilah diri baik-baik. Belum tentu diri Anda benar dan justru malah Andalah yang bersikap tidak sepantasnya. Mengungkapkan hal ini kepada pewawancara kerja di tempat baru hanya akan membuat Anda dicap sebagai orang yang sulit beradaptasi.
5. Perusahaan Rugi
Ekonomi yang tidak pasti, persaingan pasar yang ketat, hingga ketidakmampuan perusahaan dalam beradaptasi akan membawa seluruh 'isi kapal' perusahaan tenggelam dan terpuruk. Kabar burung seputar PHK hingga pengurangan gaji dan segala fasilitas juga membuat para pekerja khawatir akan masa depan mereka. Hal ini tentunya bukan kendali Anda, dan menyedihkan rasanya jika Anda harus meninggalkan perusahaan akan hal tersebut. Pastikan Anda akan mendapat tunjangan yang sesuai saat perusahaan dinyatakan pailit, dan jangan katakan hal yang menjelek-jelekkan perusahaan lama kepada perusahaan baru.
6. Kutu Loncat
Istilah kutu loncat memang tidak enak didengar, apalagi jika hal tersebut telah menempel pada seseorang. Jangan jadikan hal tersebut sebagai kekurangan. Dalam banyak kasus, orang yang sering pindah kerja memang memiliki kemampuan dan keahlian yang di luar standar, sehingga banyak perusahaan yang ingin menarik dirinya bergabung. Dalam hal ini, pastikan Anda mendapatkan penawaran yang jauh lebih baik dari perusahaan sebelumnya. Jauh lebih baik berarti dua hingga lima kali lipat dari jumlah gaji sebelumnya. Jika tidak, buat apa mempertaruhkan nama baik dan dicap sebagai orang yang tidak berdedikasi?
Sumber : wolipop.com, September 2011
Kamis, 22 September 2011
Perlunya bisa mengerjakan pekerjaan praktis
Bukan maksudnya begini...bulan Ramadhan sudah berlalu, dan kini masuk ke bulan Syawal.
Di tiap rumah tangga, segala kerepotan pekerjaan telah menunggu...dan biasanya...si mbok/si bibi/si mbak yang membantu pekerjaan kita masih di kampung. Mungkin balik lagi, mungkin nggak..
Saya pribadi dah beberapa tahun terakhir menggunakan jasa si mbak, dan fine-fine aja karena si mbak janji akan balik lagi. Tapi...mulai tahun ini si mbak mengakhiri masa lajangnya dengan tragis...Jadi sangatlah sulit diharapkan kembali lagi membantu kami dalam menjalani kehidupan.
Pada saat itu, sebenernya nggak apa kalau si mbak gak datang lagi. Toh mungkin bisa dapet orang baru yang lebih baik. Menunggu si mbak baru datang ini yang prediksinya sulit dikontrol.
Sebelumnya kita sudah nyaman dengan keadaan sebelumnya, saat si mbak masih ada...jadi pas nggak ada jadi bingung dee...dan ini pasti masalah klasik yang terjadi di hampir setiap rumah tangga, setiap tahunnya.
Nggak tahu gimana ujungnya...yang pasti tiba-tiba cucian numpuk, piring banyak yang kotor, eh tamu dateng terus-terusan, rumah jadi kotor dst....
Jika saat itu tiba, saya pribadi melihatnya sebagai latihan buat diri masing-masing. Bahwa disitulah letak keindahan dan seninya, ketika si mbak/si bibi/si mbok pulang mudik dan gak balik lagi. Bisakah kita mengurus rumah kita sendiri ? Bisakah tanpa mereka hidup kita tetap enjoy ? Toh sebelumnya mereka juga gak ada kan ?
Untuk urusan ini,orang tua yang baik seharusnya memberikan pengetahuan tentang pengetahuan praktis tentang pekerjaan rumah. Misalnya pembagian tugas pekerjaan rumah, misal si A menyapu dalam rumah, si B mengepel, si C menyapu luar rumah, si D membantu Ibu memasak...dst..
Wajiblah hukumnya orang tua mengajarkan kepada anak tentang pemeliharaan rumah melalui kegiatan bersih-bersih ini. Bukan untuk menyiksa anak. Tetapi mengajarkan kemandirian, tujuannya agar setelah mereka dewasa dan menikah, mereka tak lagi canggung dengan pekerjaan rumah. Tak lagi kebakaran jenggot kalau si mbak gak ada, tak lagi mengeluh karena rumah kotor, dan hal ini mengajarkan juga saling menghargai diantara penghuni rumah. Toh jika anak telah dewasa, punya pekerjaan dan gaji yang cukup mereka tetap bisa menyewa si mbak lagi, dan mereka bisa menjadi supervisi pekerjaan si mbak bener atau nggak.
Kalaupun si mbak gak bisa disewa lagi karena sesuatu hal atau gaji anak tak cukup untuk menyewa si mbak, kita orang tua bisa tersenyum bangga, karena anak kita bisa jadi pahlawan di keluarga dan juga di kantor karena bisa mengatasi pekerjaan rumah yang ruwet.
Sudahkah kita para orang tua mengajarkan pengetahuan praktis ini ? Jawabannya ada di diri kita masing-masing.
Rabu, 14 September 2011
Zona Tidak Nyaman(2)
Zona Tidak Nyaman(1)
Tahu Saat Berhenti (4)
Tahu Saat Berhenti (3)
Tahu Saat Berhenti (2)
Tahu Saat Berhenti (1)
Orang tua kita dulu sering menasehati untuk berhenti makan sebelum kenyang. Ini sebetulnya nasihat penting yang bisa berlaku untuk banyak hal. Kita tahu ada orang yang begitu sulit untuk menghentikan kecanduannya pada rokok, kopi atau obat-obatan, meskipun tahu hal itu merusak kesehatannya. Ada pakar manajemen yang baru-baru ini mengutip slogan sebuah merek furniture: “Sudah Duduk, Lupa Berdiri”, untuk menggambarkan orang yang kecanduan pada kekuasaan. Hal ini memang kita lihat menggejala pada para penguasa, yang belum-belum sudah memikirkan bagaimana melanjutkan tampuk kekuasaannya untuk periode yang akan datang, daripada memikirkan kepentingan kelompok atau bangsa yang lebih luas dan mulia. Kecanduan didahului dengan gejala tidak mampunya seseorang untuk berhenti sejenak, mengevaluasi, menentukan arah kembali dan menetapkan langkahnya.
Kemampuan untuk “berhenti” erat kaitannya dengan kekuatan mengontrol dan mawas diri. Sebelum sebuah situasi mencapai klimaks, menurun atau menjadi destruktif, setiap orang perlu memikirkan cara untuk menghentikan prosesnya. Mesin yang dipacu terus-terusan tanpa henti akan meledak dan lebih cepat rusak ketimbang yang secara teratur menjadualkan berhenti untuk maintenance. Kita perlu waspada kapan harus menghentikan gaya hidup tidak sehat sebelum menyesali diri saat mengetahui penyakit yang mematikan tahu-tahu sudah mengerogoti. Orang perlu tahu kapan saatnya berhenti memarahi orang yang jelas-jelas salah, sebelum kemarahannya jadi merusak hubungan, bahkan menghancurkan esteem dan kepercayaan diri yang bersangkutan. Kita sendiri pun rasanya perlu mawas diri dan mengecek kapan kita merasa “cukup” dengan kekuasaan dan uang yang kita kejar.
sumber : (Dimuat di KOMPAS, 11 Juni 2011)
Berlanjut ke tulisan selanjutnya